Demo 28 Agustus 2025: Tuntutan Buruh, Kericuhan Mahasiswa, dan Tragedi Ojol di Jakarta

Jakarta - 28 Agustus 2025 menjadi salah satu demonstrasi terbesar di Indonesia pasca-2024. Ribuan buruh turun ke jalan membawa tuntutan terkait kesejahteraan pekerja, namun aksi yang semula damai berubah menjadi kericuhan setelah mahasiswa bergabung. Tragisnya, seorang pengemudi ojek online meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis BrimobArtikel ini membahas kronologi lengkap demo 28 Agustus 2025, tuntutan buruh, eskalasi mahasiswa, tragedi di Jakarta, hingga dampak nasional yang masih terasa hingga kini.

Latar Belakang Demo 28 Agustus 2025
Aksi Serentak di 38 Provinsi

Demo 28 Agustus 2025 dipicu oleh keresahan buruh atas kebijakan ketenagakerjaan. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Partai Buruh, dan berbagai aliansi serikat pekerja mengorganisir aksi besar di 38 provinsi.

Ribuan pekerja turun ke jalan menuntut perubahan kebijakan pemerintah terkait upah, sistem kerja, dan perlindungan tenaga kerja. Aksi ini menandai konsolidasi besar-besaran gerakan buruh setelah beberapa tahun sebelumnya fokus pada penolakan Omnibus Law Cipta Kerja.

Tuntutan Buruh: Hapus Outsourcing, Tolak Upah Murah

Tuntutan utama buruh terangkum dalam istilah HOSTUM (Hapus Outsourcing, Tolak Upah Murah). Isi tuntutan tersebut meliputi:

1. Menghapus sistem outsourcing dan mencabut PP Nomor 35 Tahun 2021.

2. Kenaikan upah minimum 2026 sebesar 8,5–10,5 persen.

3. Satgas khusus anti-PHK untuk menekan angka pemutusan hubungan kerja.

4. Reformasi pajak dengan menaikkan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) dari Rp 4,5 juta menjadi Rp 7,5 juta per bulan.

Bagi buruh, tuntutan ini bukan sekadar angka. Mereka menilai sistem outsourcing dan upah murah membuat pekerja semakin rentan, sementara beban hidup masyarakat terus meningkat.

Kronologi Demo 28 Agustus 2025 di Jakarta
Aksi Damai Buruh di Depan DPR dan Istana

Di Jakarta, sekitar 10 ribu buruh dari Jabodetabek memadati Gedung DPR/MPR RI dan Istana Negara. Spanduk dan poster dengan berbagai pesan perjuangan dibentangkan. Orasi berlangsung sejak pagi hingga menjelang siang hari.

Hingga pukul 13.00 WIB, aksi buruh berlangsung damai dan mulai berangsur bubar. Namun, situasi berubah drastis setelah kelompok mahasiswa datang dengan isu berbeda.

Kericuhan Mahasiswa: Dari Tuntutan Politik hingga Bentrokan

Isu yang Diangkat Mahasiswa

Mahasiswa yang hadir dalam demo 28 Agustus 2025 menyoroti isu politik, terutama:

Penolakan terhadap kenaikan tunjangan DPR.

Tuntutan agar DPR dibubarkan karena dianggap tidak lagi mewakili kepentingan rakyat.

Bentrokan dengan Aparat

Suasana yang semula kondusif berubah tegang. Mahasiswa mencoba memanjat pagar gedung DPR, melemparkan batu, botol, bahkan bom molotov. Aparat kepolisian menanggapi dengan gas air mata dan water cannon.

Kericuhan meluas ke sekitar Jalan Asia Afrika, flyover Pejompongan, dan SPBU Pejompongan. Bentrokan berlangsung hingga malam, dengan kondisi jalan dipenuhi asap gas air mata dan suara ledakan petasan.

Tragedi: Tewasnya Pengemudi Ojek Online

Sekitar sore hari, terjadi insiden tragis yang mengguncang publik. Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, sedang menyeberang jalan untuk mengantar pesanan. Naas, ia terjatuh tepat di jalur kendaraan taktis Brimob.

Affan terlindas rantis dan mengalami luka parah. Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), namun nyawanya tidak dapat diselamatkan.

Dampak Sosial dan Gelombang Emosi Publik

Kematian Affan langsung menyulut kemarahan publik. Tagar tentang dirinya menjadi trending di media sosial. Ribuan warganet mengutuk tindakan represif aparat.

Massa bahkan bergerak ke Markas Brimob Kwitang, melempar batu dan petasan, serta berusaha merangsek masuk. Aparat kembali merespons dengan tembakan gas air mata.

Affan kemudian dipandang sebagai simbol korban sipil dalam demonstrasi, memperkuat narasi bahwa aparat bersikap berlebihan dalam mengamankan aksi.

Reaksi Pemerintah dan Aparat

Respons Presiden Prabowo Subianto

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Affan Kurniawan. Ia berjanji mengusut tuntas kasus ini dan memerintahkan investigasi menyeluruh terhadap aparat yang terlibat.

Sikap Kepolisian

Kapolda Metro Jaya mengakui adanya insiden dan menahan tujuh anggota Brimob yang terlibat untuk penyelidikan internal. Namun, banyak pihak menilai langkah ini belum cukup untuk memulihkan kepercayaan publik.

Kritik dari Lembaga Sipil

Menurut laporan Lokataru Foundation, sedikitnya 600 mahasiswa ditangkap di berbagai kota. Lembaga advokasi hukum menilai aparat bersikap represif, melanggar prinsip hak asasi manusia dalam penanganan aksi.

Dampak Nasional Demo 28 Agustus 2025

Kerusuhan di Daerah

Tidak hanya Jakarta, demo 28 Agustus 2025 juga memicu kerusuhan di berbagai daerah.

Di Makassar, gedung DPRD terbakar, menyebabkan tiga orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka.

Di Medan, Surabaya, dan Banda Aceh, aksi serupa juga berlangsung ricuh, meskipun dengan skala lebih kecil.

Reputasi Pemerintah dan Stabilitas Politik

Peristiwa ini menjadi ujian serius bagi pemerintahan Prabowo. Selain menurunkan kepercayaan publik terhadap aparat keamanan, demo ini juga memperlihatkan ketegangan sosial-ekonomi yang masih tinggi.

Investor dan pelaku usaha pun mulai menyoroti stabilitas politik Indonesia pasca-kerusuhan, karena dapat berdampak pada iklim investasi dan ekonomi nasional.

Baca juga : Ekonomi Indonesia di Persimpangan: Tantangan Lesunya Pertumbuhan dan Harapan Pemulihan

Refleksi atas Demo 28 Agustus 2025

Demo 28 Agustus 2025 memberikan sejumlah pelajaran penting:

1. Kebijakan ketenagakerjaan perlu reformasi serius. Selama sistem outsourcing dan upah murah dibiarkan, potensi konflik buruh akan terus berulang.

2. Profesionalisme aparat menjadi kunci. Penggunaan kekuatan berlebihan hanya memperburuk citra polisi di mata publik.

3. Dialog sosial mutlak diperlukan. Pemerintah, buruh, mahasiswa, dan masyarakat sipil harus duduk bersama mencari solusi berkeadilan.

4. Perlindungan sipil harus jadi prioritas. Tewasnya Affan Kurniawan adalah alarm keras agar aparat lebih berhati-hati dalam bertugas.

Demo 28 Agustus 2025 awalnya merupakan aksi buruh menuntut kesejahteraan, namun berakhir menjadi tragedi nasional dengan kericuhan mahasiswa dan meninggalnya pengemudi ojol.

Peristiwa ini bukan hanya soal politik jalanan, tetapi juga mencerminkan ketidakpuasan masyarakat atas kebijakan pemerintah dan perilaku aparat.

Bagi pemerintah, peristiwa ini harus dijadikan momentum untuk memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan, memperkuat perlindungan sipil, dan menata ulang hubungan negara dengan rakyat.

Jika tidak, demo 28 Agustus 2025 akan tercatat sebagai peringatan keras bahwa suara rakyat tidak boleh diabaikan.